HUBUNGAN MENYIRIH TERHADAP STAIN GIGI PADA MASYARAKAT DESA PENTEK
KECAMATAN SADANIANG KABUPATEN MEMPAWAH.
TUGAS PROMOSI KESEHATAN
Dosen
Pengampu : Hermien Nugraheni,SKM, M.Kes
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 8:
NAMA NIM
1. Elisabet bota P1337425219107
2. Elisabeth de F.B. DE SOUSA P1337425219109
3.
Fitri purnama sari P1337425219118
4.
Maria F.DA COSTA DE JESUS P1337425219115
5.Muhammad
syafi’I P1337425219105
6.
Masita P1337425219117
7.
Ristina P1337425219106
8.
Xisto De DEUS P1337425219108
POLTEKKES KEMETERIAN
KESEHATAN SEMARANG
JURUSAN
KEPERAWATAN GIGI
PRODI
DIV AHLI JENJANG
2019
daftar
isi
Halaman
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan....................................................................................................... 4
C. Masalah..................................................................................................... 4
BAB
II PEMBAHASAN
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................................. 25
B. Saran........................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 27
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak faktor yang telah dinyatakan sebagai tantangan
dalam pembangunan ke 5 seperti lingkungan dan fasilitas yang masih kurang
menunjang antara lain, belum memadainya penyediaan air bersih belum tercapainya
sanitasi langsung yang baik, masih tingginya prevalesisi penyakit menular dan
penyakit infeksi Lainnya, masih tingginya angka kelahiran dan kematian bayi
namun hal yang perlu diperhatikan pula sebagai tantangan pembangunan ke 5
adalah respon prilaku masyarakat dulu penerimaan perubahan.
Salah
satu kendala utama penerimaan program-program kesahatan adalah kendala budaya
pada masyarakat yang semula hanya mengenal system media tradisonal masyarakat
dalam satu kesatuan dengan suku-suku dan identitas kebudayaannya masing-masing
memiliki dan mengembangkan system medisnya sendiri sebagai bagian dari
kebudayaan mereka secara turun menurun.
Desa pentek sendiri merupakan mayoritas Suku Dayak yang
dimana masih terdapat ibu-ibu yang melakukan kegiatan menyirih dalam kehidupan
sehari-hari. Pada masyarakat Desa Pentek Kecamatan Sadaniang, Kabupaten
Mempawah, masyarakat mendapatkan bahan menyirih dari pinang, daun sirih, kapur
sirih tanpa harus membeli. Mereka
menganggap bahwa menyirih bersifat
turun-temurun yang
berhubungan dengan kegiatan
budaya serta sosial. Hal ini dikarenakan untuk melakukan kegiatan ini tidak
membutuhkan biaya yang mahal,dan terjangkau bagi semua masyarakat.
Perilaku menyirih diyakini
oleh masyarakat Suku Dayak sudah
sejak lama yaitu dari nenek moyang
mereka. Mereka yakin bahwa menyirih
dapat menguatkan gigi, gigi menjadi
bersih, bahkan sampai menghilangkan bau mulut namun, masyarakat
tersebut tidak mengetahui akibat yang bias ditimbulkan dari menyirih (Kamisorei & Devy,
2017).
B.
TUJUAN
1.
Mengubah cara
pandang dan kebiasaan dalam masyarakat tentang menyirih
C.
MASALAH
Permasalahn
yang ada di masyarakat Kalimantan tentang menyirih baik untuk kesehatan gigi
dan mulut
BAB II
PEMBAHASAN
Menyirih memiliki
efek positif dan negatif terhadap kesehatan umum maupun rongga mulut.
Menyirih memiliki efek terhadap gigi, gingiva, dan mukosa mulut. Kepercayaan
tentang menyirih dapat menghindari penyakit mulut seperti mengobati gigi yang
sakit dan nafas yang tidak sedap kemungkinan telah mendarah daging diantara
para penggunanya. Efek menyirih terhadap gigi dari segi positifnya adalah
menghambat proses
pembentukan karies, sedangkan efek negatif dari menyirih terhadap gigi dan
gingiva dapat menyebabkan timbulnya stain, selain itu dapat menyebabkan
penyakit periodontal dan serta adanya penumpukan plak pada permukaan gigi dan
berwarna merah kehitaman juga disertai adanya lesi-lesi atau cedera pada mukosa
mulut, kanker mulut,
oral hygine yang buruk, dan dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa lidah (Nesterov, 2015).
Ditinjau dari sisi kedokteran gigi, kebiasaan mengunyah pinang dapat menyebabkan
penyakit periodontal. Penyebab terbentuknya penyakit periodontal
adalah kalkulus atau karang gigi akibat stagnasi saliva
pengunyah pinang karena adanya kapur. Gabungan kapur dengan pinang mengakibatkan
timbulnya respon primer terhadap pembentukan senyawa radikal bebas dan mungkin mengakibatkan
kerusakan oleh radikal bebas yang berlebih pada aspek mukosa bagian pipi
penyirih (Gabriella, 2015). Diperparah dengan keadaan masyarakat yang kurang
membersihkan giginya seperti menggosok gigi.
Untuk mengatasi permasalahan diatas dilakukan penyuluhan
kepada masyarakat khususnya ibu rumah tangga
bahwa banyak dampak dari menyirih yang tidak baik untuk kesehatan gigi
dan mulut, diharapkan dari penyuluhan tersebut dapat merubah perilaku ibu yang
semula frekuensi menyirih sebanyak 3 kali menjadi 1 kali dalam sehari dan
setelah menyirih diharapkan untuk menyikat gigi atau setidaknya berkumur-kumur.
Selain itu, melakukan pendekatan ke
tokoh masyarakat, tokoh adat.
0 komentar:
Posting Komentar